Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kaum muda, mereka yang menyimpan segenap asa. Mereka yang memendam segudang cita-cita. Tidak peduli badai bertiup, halilintar menyambar, atau pun langit runtuh. Kaum muda senantiasa sarat dengan harapan dan gelora.
Kaum muda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Kaum muda di hari ini adalah pemegang obor semangat dan panji kejayaan. Biarlah malam pergi dan sang surya merekah, seiring dengan kicauan burung dan gemericik air yang mengalir. Ini bukanlah puisi atau pun sajak. Hanya sekedar berbagi isi hati serta mencampurnya dengan belaian nurani.
Hari ini, kaum muda di negeri ini -sebagaimana kaum muda di negeri lain dan di waktu lain- terus menghadapi gempuran tanpa henti. Mereka tidak hanya harus berjuang melawan derasnya gelombang kesesatan dan penyimpangan, namun mereka juga harus bertahan dari serangan iblis dan bala tentaranya.
Ratusan tahun yang silam, kita mengenal sosok pemuda brilian, dia bernama Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Seorang remaja yang telah berani mengikrarkan keislamannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang pemuda yang melalui tangannya Allah menangkan pasukan para sahabat dalam perang Khaibar. Seorang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.
Kiprah pemuda bertakwa tidak hanya memuliakan derajat mereka di dunia, bahkan kelak di akhirat pun Allah muliakan mereka dengan naungan dari-Nya. Pemuda yang tumbuh dalam ketekunan beribadah kepada Rabbnya, itulah profil pemuda yang bertakwa. Para pemuda yang mengikuti jejak para pemuda ashabul Kahfi; yang menancapkan keimanan di dalam hatinya dan berjalan di atas hidayah dari-Nya.
Kita tentu belumlah lupa, akan sosok ulama yang mengisi masa muda dengan perjuangan dan berburu pahala. Lihatlah, orang seperti al-Imam an-Nawawi rahimahullah; yang meninggal di usia yang terhitung masih muda. Lihat pula, Hafizh al-Hakami rahimahullah; yang meninggal pada usia muda. Lihat pula, Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, yang juga wafat di usia relatif muda. Mereka telah mewarnai sejarah dengan jasa-jasa dan pengorbanan mereka.
Sungguh, hal ini mengingatkan kita akan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dua buah nikmat yang banyak orang tertipu olehnya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Waktu terus berjalan, sementara malaikat maut siap menunaikan tugasnya. Kita pun tidak mengerti kapankah jatah umur ini akan menemui titik akhirnya. Apakah bekal yang sudah kita siapkan? Akankah surga bisa kita beli dengan tumpukan emas dan perak? Akankah surga bisa kita beli dengan uang milyaran dolar? Akankah azab neraka bisa ditebus dengan seluruh kekayaan dunia atau bahkan dua kali lipatnya?!